Para
ahli dalam bidang pendidikan memberikan penafsiran tentang hakekat manusia.Sastraprateja
,mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang historis.hakekat manusia hanya bisa
dilihat dalam perjalanan sejarah dalm
sejarah bangsa manusia.Sastraprateja lebih lanjut mengatakan,bahwa apa yang
kita proleh dari pengamatan kita atas pengalaman manusia adalh suatu rangkaian
anthropological constans yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap yang
dimiliki manusia.
Kalangan
pemikir abad modern ,juga membahas hakekat manusia yang dapat kita jumpai
diantaranya Alexis Carrel (seorang peletak dasar-dasar humoniora)mengatakan
bahwa manusia adalah mahluk misteris,karena derajat keterpisahan manusia dari
dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap
dunia yang ada diluar dirinya.
Murthada
Mutahari melukiskan gambaran manusia didalam al-qur’an,manusia sebagai suatu
mahluk pilihan alloh SWT,sebagai khalifahnya dibumi,serta sebagai makhluk semi
samawi dan semi duniawi yang didalam dirinya ditanamkan sifat mengakui
tuhan,terpercaya,rasa tanggung jawab,terhadap dirinya dan alam semesta,serta
diberi keunggulan menguasai alam semesta,kemajuan manusia dimulai dengan
kelemahan dan ketidakmampuan yang kemudian bergerak kearah kekuatatan,kapasitas
mereka(manusia)tidak terbatas,baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan ilmu.mereka memiliki
keluhuran dan martabat naluriah.motivasi dan dorongan dalam banyak hal tidak
bersifat keberadaan,pada akhirnya manusia secara leluasa memanfaatkan nikmat
dan karunia yang dimpahkan alloh SWT .
Kesatuan
wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang
ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan manusia
pada posisi:
a. Manusia sebagai hamba alloh(‘abd
alloh)
Musa
asy’arie mengatakan bahwa esensi dari ‘abs adalah ketaatn,ketundukan dan
kepatuhan yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada alloh SWT.sebagai
hamba(‘abd),manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya karena manusia
mempunyai fitrah(potensi)untuk beragama.mulai dari manusia purba sampai manusia
modern sekarang,mengakui bahwa diluar dirinya ada kekuasaan
transendental(alloh)hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang
memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya.pada masa purba,manusia
mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan dinamisme,meskipun
dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana,manusia dahulu(purba)
mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk upacara ritual
seperti pemujaan terhadap batu besar,gunung,matahari dan roh nenek moyang
mereka.kesemuanya itu menjadi bukti,bahwa ia adalah mahkluk yang memiliki
potensi untuk beragama.firman alloh dalam surat ar-ruum;30
0 komentar:
Posting Komentar