BAB
I
Pendahuluan
A.Latarbelakang
Didalam
dinamika kehidupan tentunya kita sebagai makhluk yang berpotensi
beragama,tentunya tidak ingin kenyakinan kita salah ideologi.akhlak
tasyawuf yang sedang saya pelajari
dinstitut agama islam cipasung
mempertebal dan memperluas pengetahuan religius kami,dari penmaparan
diatas kami dengan segala kesungguhan menyusun makalah ini yang
berjudul”perkembangan tasyawuf diindonesia”.
Sehubungan
dengan perkuliahan,makalah ini juga selain untuk salah satu referensi ilmu
akhlak tasyawuf juga untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pembimbing kami.dengan
dorongan dan motivasi pembimbing juga semangat,kami bersyukur dan bangga bisa
menyelesaikan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah eksistensi
tasyawuf dipulau sumatra khususnya diAceh?
2.Bagaimanakah biografi
para pemuka tasyawuf diindonesia
3.apa saja Aliran-Aliran
tasyawuf diindonesia
C. Tujuan Penulisan
Kami penulis makalah ini menenukan berbagai aliran
tasyawuf yang beragam,diharafkan dengan disusunnya makalah ini,kami khususnya
menjadi lebih luas pengetahuan kami tentang tatacara mensucikan diri dan
mendekatkatkan diri kepada sang khaliq.
2
BAB
II
PEMBAHASAN
A. HAMZAH AL-FANSURI
1.
Riwayat Hidup Hamzah Al-Fansuri
Nama ini tidak asing lagi di
kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman di Indonesia. Hampir semua
penulis Sejarah Islam mencatat bahwa syekh hamzah al-fansuri beserta muridnya
termasuk tokoh sufi yang sefaham dengan al-hallaj. Paham hulul, ittihad, mahabbah
dan lain-lain adalah seirama. Syekh Hamzah Fansuri diakui sebagai seorang
pujangga islam yang sangat populer di zamannya kini sehingga kini namanya
menghiasi lembaran-lembaran sejarah
sesusastraan Melayu Indonesia. Namanya tercatat sebagi seorang kaliber
besar dalam perkembangan islam di Nusantara dari abadnya hingga abadnya kali
ini. Dalam buku-buku sejarah mengenai Aceh, namanya selalu diuraikan dengan
panjang. Dada meuresa pernah mengatakan “ seminar masuknya islam ke indonesia”
sebagai berikut:
“
banyak ulama Islam bermunculan di zaman dahulu berasal dari van suri juga,
misalnya syeeikh hamzah vansuri, syeikh Abdul Murod, syeikh Burhanuddin ( murid
syeikh Abdul Rauf Al-Fansuri), semuanya berasal dari barus. Samsuddin adalah
murid dari Hamzah Fansuri. Ini membuktikan bahwa dalam abad ke 16 saja telah
tergambar dengan jelas sumber-sumber ulama-ulama besar itu berada yang masih
mahsyur.”
Meskipun
keberadaan Al-Fansuri di yakini para ahli, tahun dan tempat kelahirannya hingga
sekkarang masih belum diketahui. Ketidak jelasaan riwayat Al-Fansuri ini di
sebabkan tidak di masukannya nama Al-Fansuri dalam dua sumber penting sejarah
Aceh yakni hikayat Aceh dan Bustanus Salatin yang di tulis atas perintah
sultan.
Berdasarkan
kata Fansur yang menempel pada namanya, sebagian peneliti beranggapan bahwa ia
berasal dari Fansur, sebutan orang Arab terhadap Barus yang sekarang merupakan
kota kecil di pantai barat yang terletak di antara Sibolga dan Sngkel dalam
satu Syairnya ia menulis:
“
Hamzah Nur asalnya Fansuri, Mendapat wujud di tanah Syahr beroleh khilafat ilmu
yang ‘ali dari pada Abdul Khadir jailani”.
Ada orang berpendapat bahwa
“Syahru Nawi” ( pada bait dua) ialah “bandar Ayuthia” ibukotanya kerajaan siam
pada zaman silam. Pendapat lain bahwa Syahru Nawi adalah nama lama dari tanah
Aceh sebagai peringatan sebagai pangeran siam bernama Syahir Nuwi yang datang
ke Aceh di zaman dahulu. Dia lah yang membangun Aceh sebelum islam datang.Banyak
orang yang menyanggah Al-Fansuri karna faham Wihdatul Wujud, Hulul, dan
Ittihad-nya. Mereka terlalu mudah mengecapnya serang yang zhindik, sesat,
kafir, dan sebagainya. Ada orang yang menyangkanya sebagai pengikut ajaran
Syi’ah. Ada juga yang mempercayai bahwa ia bermazhab Syafi’i di bidang fiqih.
Dalam tasawuf ia mengikut tarekat Qodariyyah di bangsakan kepada syeikh Abdul
Khodir jaelani.
3
Syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri
terkumpul dalam buku-buku yang terkenal. Dalam keusastraan melayu/ Indonesia
tercatat buku-buku syairnya : syair burung pingai, syair dagang, syair pungguk,
syair sidang fakir, syair ikan tongkol dan syair perahu. Karangan-karangan
syeikh Hamzah Fansuri yang berbentuk kitab ilmiyah, antara lain : Asrarul
Arifin, Fa-fi- bayani ilmis-suluuki wa tauhid, syarbul asyikin, almuhtadi,
ruba’i haamzah Alfansuri.
Tampaknya
syeikh Hamzah Fansuri adaalah ahli bahsa adapunbahasa yang dikuasainya ialah
bahasa Arab, bahasa farsi, dan bahasa melayu. Ini dapat diketahui dari
kalimatnya:
“
Amma ba’du adapun ketahiu olehmu, hai sodaraku, bahwa Faqir al-Haqir Addh dhoif
Al-Khalif hamzah fansuri RA, hendak menyatakan jalan kepada Allah dengan bahasa
jawa dalam kitab ini saat sampai segala hamba yang tidak tau bahasa Arab dan
Farsi dapar memahaminya.”
Hamzah
sangat giat mengajarkan ilmu tasawuf menurut keykinannya. Ada riwayat mengatakan
bahwa iya pernah sampai keseluruh semenanjung dan mengembangan tasawuf di
negeri perak, perlis, kelantan, trengganu, dan lain-lain.
2.
Ajaran Tasawuf hamzah Al-Fansuri
Pemikiran-pemikiran hamzah
tentang tasawuf banyak di pengaruhi ibn Arabi dalam faham Wahdat Wujudnya
sebagai seorang sufi, ia mengajarkan bahwa tuhan lebih dekat dari pada leher
manusia sendiri, dan bahwa tuhan tidak bertempat, sekalipun sering di katakan
bahwa ia ada di mana-mana. Ketika menjelaskan ayat “ Fainnama Tuwallu Fasamma Wajhulloh”
ia katakan bahwa kemungkinan untuk memandang wajah Allah di mana-mana merupakan
oniko_mistika. Para sufi menafsirka “wajah Alloh” sebagai sifat-sifat tuhan
seperti pengasih, penyayang, jalal, dan jamal. Dalam salah satu syairnya,
Al-fansuri berkata:
“
mahbub Mu tiada berha’il,Pada ayna ma tuwallu jangan kau ghafil Fatsamma
wajhulloh sempurna hasil Inilah jalan orang yang kamil”
Hamzah Al-Fansuri menolak ajaran
Pranayama dalam agama hindu yang membayangkan tuhan berada di bagian tertentu
dari tubuh, seperti ubun-ubun yang di pandang sebagai jiwa dan dijadikan titik
konsentrasi dalam usaha mencapai persatuan.
Diantara ajaran tasawuf
Al-Fansuri yang lain berkaitan dengan hakikat wujud dan penciptaan. Menurutnya,
wujudnya itu hanya satu walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini,
ada yang merupakan kulit (mazhhar, kenyataan lahir ) dan ada yang berupa isi
(kenyataan batin). Semua benda yang ada, sebenarnya merupakan manifestasi dari
yang hakiki yang disebut Al-haqq ta’ala. Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan
dalam yang tak bergerak, sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan
wujud tuhan. Pengaliran dari zdat yang mutlak ini di umpamakan gerak ombak yang
menimbulkan uap, asap, awam yang
kemudian menjadi dunia gejala. Itula yang di sebut ta’ayyun. Dari zdat yang la
ta’ayyun. Itu pulalah yang disebut tanazul. Kemudian segala sesuatu kembai lagi
pada tuhan (taraqqi) yang digambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan dan
sungai dan kembali lagi ke lautan. Pengembaraan yang pernah dilakukan
Al-Fansuri berupa jasad dan rohani di ungkapkannya dengan syair :
“
hamzah Fansur di dalam Mekah,Mencari tuhan di baitul kaabah Di Barus ke Kudus
telalu payah.Akhirnya dapat di dalam rumah.”
4
Syair
Al-fansuri yang lain berbunyi : “ Hamzah Ghrib, Akan rumahnya baitul ma’muri,
Kursinya sekalian kafuri,Di negeri Fansur minal ‘Asjari”
Kata-kata Al-fansuri di atas
meruupakan sindiran terhadap ucapan abu Yazid Al-Busthami yang mengatakan bahwa
tuhan berada di dalam jubahnya. Di dalam Al-qur’an sendiri terdapat ayat-ayat
mutasyabihat, misalnya pada ayat-ayat yang berbunyi “ di mana kamu hadapkan
wajah mu di situ ada wajah tuhan.” “kami lebih dekat dari pada urat leher.
B.
NURUDDIN ARRANIRI
1.
Riwayat Hidup Nuruddin
Araniri di lahirkan di Ranir
sebuah kota pelabuhan tua di pantai gujarat, India. Nama lengkapnya adalah
Nuruddin Muhammadin Hasanjin Al-Hamid Al-Asyafi’i Al-Raniri. Tahun kelahirannya
tidak di ketahui dengan pasti, tetapi kemungkina besar menjelang akhir abad ke
16. Ia mengikuti langkah keluarganya dalam hal pendidikannya. Pendidikan
pertamanya memperoleh diranir dan kemudian melanjutkannya ke wilayah
hadhramaut. Ketika ia berada di negeri asalnya, ia sudah menguasai banyak ilmu
agama. Di antara guru yang paling banyak mempengaruhinya adalah abu Nafs Sayyid
Imam Bin Abdulloh bin Syiaban, seorang guru tarekat Rifa’iyah keturunan
hadhralmaut gujarat, India.
Menurut catatan Azyumardi Azra,
Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan di Aceh ia mulai melancarkan pembaharuan
islam di Aceh setelah mendapat pijakan yang kuat di istana Aceh. Pembaharuan
utamanya adalah memberantas aliran wujudiyyah yang di anggapnya sebagai aliran
sesat. Ar-Raniri di kenal pula sebagai seorang syaik islam yang mempunyai
otoritas untuk mengeluarkan fatwa menentang aliran wujuudiyyah ini, bahkan
lebih jauh, ia mengeluarkan fatwa yang mengarah pada perburuan terhadap
orang-orang sesat.
Diantara
karya-karya yang di tulis Ar-raniri adalah :
a.
Ash Shirath al-Mustaqim ( Fikih berbahasa melayu)
b.
bustan Assalatin Fi Dzikr Al-Awwalin wa Al-akhirin (bahasa melayu)
c.
durrat Al-Faraa’idh bi Syarhi Al-Aqa’id
( Akidah, bahasa melayu)
d.
syifa al-Qulub ( cara-cara berdzikir, bahasa melayu).
2.
Ajaran Tasawuf Nuruddin Ar-raniri
a.
tentang Tuhan
pendirian
Ar-raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat kompromis. Ia berupaya
menyatukan faham mutakalimin dengan faham para sufi yang di wakili Ibn Arabi.
Ia berpendapat bahwa ungkapan “wujud Allah dan alam Esa” berarti bahwa lam ini
merupakan sisi lahiriyah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah, sebagai mana
yang di maksud ibn Arabi. Namun, ungkapan itu pada hakikatnya menjelaskan bahwa
alam ini tidak ada. Yang ada hanyalah wujud Allah yang Esa. Jadi, tidak dapat
dikatakan bahwa alam ini berbeda atau bersatu dengan Allah. Pandangan Ar-Raniri
hampir sama dengan ibn Arabi bahwa alam ini merupakan tajalli Allah. Namun,
tafsirannya di atas membuatnya terlepas dari label panteisme ibn Arabi.
5
b.
tentang Alam
Ar-Raniri
berpandangan bahwa alam ini di ciptakan Allah melalui tajalli. Ia menolak teori
Al-Faidh ( emansi al-Farabi karena hal itu dapat memunculkan pengakuan bahwa
alam ini qadim sehingga menjerumuskan pada kemusyrikan. Alam dan falak
menurutnya, merupakan wadah tajalli asma dan sifat Allah dalam bentuk yang
kontret. Sifat ilmu bertajalli pada alam akal ; nama Rahman bertajalli pada
arsy; nama rahim bertajalli pada kursy; nama Raziq bertajalli pada falak ke7;
dan seterusna.
c.
Tentang Manusia
manusia,
menurut Ar-Raniri, merupakan mahluk Allah yang paling sempurna di dunia ini
sebab manusi merupakan halifah Allah di bumi yang di jadikan sesuai dengan
citranya. Juga, karena ia merupakan hazhar( tempat kenyataan asma dan sifat
Allah paling lengkap dan menyeluruh). Konsep insan kamil, katanya, pada dasrnya
hampir sama dengan apa yang telah di gariskan dengan ibn Arabi.
d.
Wujudiyyah
inti
ajaran wujudiyyah, menurut Ar-Raniri, berpusat pada wahdat Al-wujud, yang di
salah artikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam.
Menurutnya, pendapat hamzah al-fansuri tentang wahdat Al-wujud dapat membawa
pada kekafiran. Ar-raniri berpanangan bahwa jika benar tuhan dan mahlk
hakikatnya satu, dapat di katakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah
manusia dan jadilah seluruh mahluk sebagai tuhan. Semua yang di lakukan manusia
baik buruk atau baik, Allah turut serta melakuakannya. Jika demikian halnya,
maka manusia memiliki sifat-sifat tuhan.
e.
Tentang hubungan Syariat dan Hakikat
pemsahan
antara Sariat dan hakikat menurut ar-raniri merupakan sesuatu yang tidak benar
untuk menguatkan argumentasinya, ia mengajukan beberapa pendapat pemuka sufi,
di antaranya syeikh Abdulloh Al-aida Rusi yang menyatakan bahwa tidak ada jalan
menuju Allah, kecuali melalui syariat yang merupakan pokok dan cabang islam.
6
C.
SYEIKH ABDUR RAUF AL-SINKILI
1.
RIWAYAT HIDUP
Abdur rauf adalah seorang ulama
dan mufti besar kerajan Aceh pada abad ke 17 (1606-1637M). Sejarah telah
mencatat bahwa beliu adalah murid dari 2 orang ulama yang menetap di Mekah dan
Madinah. Ia sempat menerima bai’at tarekat syathiriyah disamping ilmu-ilmu sufi
yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang lingkup ilmu pengetahuan yang ada
hubungan dengannya.
Menurut hasyim sebagai mana
dikutip Azyumardi Azra, Ayah asinkili brasal dari persia ia datang ke samudra
pasai pada akhir abad ke 13 dan kemudian menetap di vansur, sebuah kota
pelabuhan tua di pantai barat sumatera. Pendidikannya di mulai dari ayahnya di
simpang kanan (sinkil). A belajar ilmu-ilmu agma dan umum, mantiq, filsafat
sartra arab/melayu dan bahasa persia kepada ayahnya.pendidikannya kemudian di
lanjutkannya ke samudra pasai dan belajar bidayah tinggi pada syaikh syam
ad-din as-sumatrani. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke arabia.
Berkenaan
dengan perjalanan rohaninya assinkili telah memakai “ khirqoh” , yaitu sebagi
pertanda telah lulus dalam pengujian secara suluk. Ia telah di beri selendang
berwarna putih sebagai pertanda bahwa ia telah dilantik sebagai kholifah
mursyid dalam orde tarekat syathariyah. Yang berrarti ia boleh memba’iat orang
lain. Telah di akui bahwa ia mempunyi silsilah yang bersambung dari guruya
hingga kepada nabi Muhammad saw.
Assinkili
mempunyai banyak murid salah satu diantaranya adalah syeikh Burhannudin ulakkan
( wafat 1111 H/ 1691M). Yang aktif mengembangkan tarekat sathariyah. Tersebarnya
tarekah sathariyah dari Aceh hingga ke Sumatera Barat, sumatra Selatan, hingga
ke Cirebon jawa barat. Manakala kita kaji dengan teliti selalu memiliki
sambungan silsilah as-sinkili.
Diantara
karya-karya Assinkili:
a.
‘Umdat Al-Muhtajin ( tasawuf)
b.
Syams al-Ma’rifah (tasawuf tentang ma’rifat)
c.
kifayat al-muhtajin ( tasawuf)
d.
daqa’iq al-huruf ( tasawuf)
e.
turjuman Al-mustafidh (tadsir)
2.
Ajaran tasawuf Abdur rauf As-Sinkili
Sebelum
assinkili kembawa ajaran tasawufnya, di Aceh telah berkembang ajaran tasawuf
falsafi, yaaitu tasawuf wujudiyyah yang kemudian di kenal dengan nama wahdat
al-wujud. Ajaran ini beliau anggap sebagai ajaran sesat dan penganutnya di
anggap murtad. Sehngga terjadilah proses penghukuman bagi mereka. Tindakan
Ar-Rani dinilinya sebagai tindakan yang terlalu emosional. Itulah sebabnya
assinkili menanggapi persoalan alran wujuddiyah dengan penuh kebijaksanaan.
7
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Penyebaran islam yang berkembang
secara spektakuler dinegara-negara Asia tenggara berkat peran dan kontribusi
para tokoh-tokoh seperti HAMZAH AL-FANSURI ,NURUDDIN
ARRANIRI,SYEIKH ABDUR RAUF AL-SINKILI
adalah kenyataan yang diakui oleh hampir semua mayoritas sejarawan dan
peneliti.apapun aliran yang dianut (diyakini)oleh para sufi diatas semuanya
menuju ke’satu’titik yaitu mema’rifatkan atau meyakinkan hati kepada yang maha kuasa.(sang khaliq)
E.
Saran
Demikianlah yang dapat
kami paparkan dalam makalah ini.semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat bagi
kami khususnya umumnya pembaca semua,dan menjadi amal shaleh bagi penulis dan
pembaca.penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun dalam
penerapan kata-kata,keritik dan saran adalah solusi yang efektif untuk
kesempurnaan makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar